Sejarah
Sangeh adalah nama sebuah desa,
yang dibagian utara desanya ditumbuhi pohon Pala seluas 14 hektar dan
dihuni oleh ratusan kera. Pohon pala seperti itu tidak dijumpai di
tempat lain di Bali dan keberadaannya di Sangeh ini merupakan misteri.
Sebuah pura kecil diselimuti lumut hijau tersembunyi disela sela hutan
pala yang menjulang tinggi itu.
Di
punggung sebuah tugu pura tersebut di pahat patung Garuda, seekor
burung mistik yang di dalam cerita Samudramantana dikisahkan sedang
mencari tirta Amerta di dasar samudra, kemudian atas jasanya oleh Betara
Wisnu, dihadiahkan seteguk kepadanya, akhirnya Garuda menjadi kendaraan
setia Bathara Wisnu.
Legenda lain menceritakan bahwa
penghuni hutan tersebut adalah prajurit kera yang kelelahan di dalam
pertempuran membunuh Rahwana. Kera kera itu jatuh bersamaan dengan
bungkahan gunung dan hutan yang dipakai menghimpit tubuh Rahwana
kemudian menetap di hutan itu.
Cerita
lain juga mengatakan bahwa seorang putri kerajaan Mengwi bernama
Mayangsari yang sedang kasmaran, gagal bertunangan, akhirnya melarikan
diri ke hutan terdekat dan menjadi seorang pertapa. Di dalam pelariannya
itu dia tidak memakai sehelai pakaian pun, sehingga harus memakai
rambutnya yang panjang untuk menutupi bagian tubuhnya yang paling
terlarang. Dia gagal mewujudkan impiannya dan meninggal secara gaib.
Masyarakat setempat percaya, bahwa dewi itu kini menjadi Bethari
Mayangsari.
Sedikit Tentang Sangeh
Taman Wisata Alam Sangeh,
mungkin memang belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, padahal
Sangeh terletak di sebuah pulau terkenal di Indonesia yaitu Bali. Taman
Wisata Alam Sangeh terletak di Desa Sangeh, Badung, Bali, sekitar 20km
dari Denpasar.
Taman Wisata Alam Sangeh
memiliki pesona wisata hutan yang banyak dihuni oleh ratusan kera. Kera
kera Sangeh dahulu memang dikenal sangat liar dan seringkali mengganggu
para pengunjung. Kera Sangeh juga dikenal sangat jahil, karena
seringkali mengambil barang-brang pengunung yang akan dikembalikan bila
kera-kera tersebut diberi sepotong makanan. Namun sekarang kera Sangeh
tidak lagi seliar dan sejahil dahulu, karena sekarang kera-kera tersebut
telah diurus dengan baik.
Kera Sangeh juga memiliki
beberapa kelompok yang masing-masing kelompok memiliki satu pemimpin.
Namun, kelompok-kelompok tersebut memilki pimpinan teringgi atau bisa
dibilang raja dari seluruh raja kera yang ada di Sangeh. Pemimpin
tertinggi ini berdiam ditempat yang paling luas di. Ditempat rajakera
ini tinggal terdapat sebuah Pura Yang sangat terkenal kesakralannya
yaitu Pura Bulit Sari. Entah bagaimana caranya, pemimpin kera dipilih
karena memiliki kekuatan dan kharisma yang sangat luar biasa. Bahkan
mereka memiliki hak-hak yang lebih dibanding kera lainnya, seperti saat
mengawini kera betina atau saat mendapat jatah makanan. Bisanya raja
kera akan mendapat jatah pertama sampai ia puas, sebelum memberikan
jatah tersebut pada kera-kera lain.
Sebagian besar kawasan hutan
wisata ini, menjadi tempat bermukim kera, hanya sebagian kecil saja yang
dimanfaatkan para pengusaha untuk membuat beberapa kios tempat menjual
beraneka ragam \ cinderamata. Hutan wisata ini memang banyak ditumbuhi
tanaman pala (dipterocarpustrinervis). Menurut informasi hutan pala ini
telah berumur ratusan tahun, bahkan diantara pohon pala tersebut konon
ada yang telah berumur lebih dari tigaratus tahun. Menurut pengelola
Taman Wisata ini, Hutan Wisata Sangeng dibuat sebagai taman dari
kerajaan Mengwi. Agar terlihat cantik taman ini ditanami pohon pala yang
khusus didatangkan dari Gunung Agung. Sebenarnya rencana pembuatan
taman
ini sangat dirahasikan namun akhirnya pembuatan taman ini diketahui
oleh beberapa orang, akibatnya pembuatan taman itu dihentikan, hingga
akhirnya kawasan itu diberi nama Sangeh, yang artingya ada orang yang
melihat.
Misterii Pohon Pala
Jika kita sempat mengunjungi
taman wisata ini, kita pasti akan tertarik dengan keindahan pohon pala
yang tumbuh dihutan ini, karena selain tumbuhnya lurus, pohon pala juga
memiliki kayu yang sangat bagus. Namun anehnya, menurut beberapa sumber
pohon pala Sangeh konon tidak bisa ditanam ditempat lain. Hingga
orang-orang yang ingin memiliki kayu pohon Pala tidak pernah kesampaian.
Ada
hal menarik diceritakan oleh para pengunjung dan pengelola Taman Wisata
Sangeh tentang sebuah pohon yang telah tua dan akan roboh. Dari
perkiraan banyak orang, pohon tersebut akan roboh kearah Pura Bukit
Sari, namun kenyataanya semua ternyata melenceng. Awalnya pohon tersebut
akan ditebang namun tidak ada yang berani karena takut mendapat
kutukan.
"Sekitar awal Januari, akhirnya
pohon itu roboh sendiri, mengarah ke barat daya. Persis antara bangunan
Bale Kulkul dan Pewaregan, sehingga hanya sedikit sekali menimbulkan
kerusakan, hanya pada tembok luar Pewaregan saja. Ini mengherankan
karena seharusnya pohon itu tumbang persis di bangunan utama pura," kata
Sumohon. Selain pohon pala, masih ada tanaman yang terkenal di hutan
Sangeh. Masyarakat setempat biasa menyebutnya Pohon Lanang Wadon, karena
bagian bawah pohon itu berlubang sehingga menyerupai alat kelamin
perempuan, sedangkan di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang
mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria. Pohon itu
tumbuh persis di pelataran depan tempat wisata Sangeh dan sebenarnya
merupakan pohon pule.
Di Bali, pohon pule memiliki
banyak keistimewaan karena kayunya sering digunakan untuk keperluan
khusus, misalnya, membuat topeng yang dipakai sebagai sungsungan.
Masyarakat kadang-kadang ada yang meminta kayu pule itu, kata Subawa.
Tetapi, tentu saja tidak boleh begitu saja orang mengambil kayu atau
dahannya karena harus disesuaikan dulu hari baiknya serta memberi
persembahan sebagai tanda minta ijin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar